Mengapa Ibn Sina dan Ibn Rusyd Dianggap Sesat?

https://www.belajarsampaimati.com/2025/10/mengapa-ibn-sina-dan-ibn-rusyd-dianggap.html?m=0
![]() |
Ilustrasi/viva.co.id |
Ilmuwan Muslim seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Khawarizmi, memiliki kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada masa kejayaan Islam. Namun, meskipun mereka dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah sains dan filsafat, ada kalanya mereka kurang dihormati atau bahkan dianggap sesat oleh kalangan Muslim. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui beberapa faktor yang berkaitan dengan konteks sosial, politik, dan teologis pada masa mereka.
Pertama, salah satu alasan utama adalah pergeseran fokus dalam pemikiran Islam itu sendiri. Pada masa kejayaan ilmuwan tersebut, banyak pemikir Muslim yang berusaha mengintegrasikan ilmu pengetahuan Yunani kuno dengan ajaran Islam. Namun, seiring berjalannya waktu, terutama setelah periode keemasan tersebut, terjadi penekanan yang lebih besar pada aspek teologis dan dogmatis dalam Islam.
Hal itu menyebabkan pemikiran yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama, termasuk filsafat dan logika yang diusung oleh ilmuwan seperti Ibn Sina dan Ibn Rusyd, dipandang negatif. Pemikiran mereka sering kali dianggap sebagai ancaman terhadap ortodoksi Islam, sehingga mereka menjadi sasaran kritik.
Kedua, ada faktor politik yang turut memengaruhi pandangan terhadap ilmuwan ini. Pada masa-masa tertentu, kekuasaan politik di dunia Islam sering kali berusaha mengonsolidasikan kekuasaan dengan cara mengontrol pemikiran dan ideologi. Dalam konteks ini, pemikiran yang dianggap subversif atau yang tidak sejalan dengan agenda politik penguasa bisa dengan mudah dianggap sesat. Misalnya, Ibn Rusyd yang dikenal dengan karya-karya filsafatnya sempat mengalami penolakan dan pengusiran karena pemikirannya yang dianggap terlalu liberal dan bertentangan dengan ajaran agama yang lebih konservatif.
Ketiga, ketidakpahaman terhadap karya-karya mereka juga menjadi faktor penting. Banyak tulisan ilmuwan seperti Ibn Sina dan Khawarizmi ditulis dalam bahasa Arab dan sering kali menggunakan terminologi yang kompleks. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memahami ide-ide mereka, terutama bagi kalangan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan memadai. Ketika karya-karya mereka tidak dipahami dengan baik, muncul interpretasi keliru yang pada gilirannya dapat mengarah pada penilaian bahwa pemikiran mereka sesat atau tidak sejalan dengan ajaran Islam.
Keempat, perkembangan pemikiran Islam yang lebih konservatif juga berperan dalam mengurangi penghormatan terhadap ilmuwan tersebut. Pada abad-abad setelah masa kejayaan mereka, banyak pemikir yang lebih menekankan pada otoritas teks-teks suci dan mengabaikan pendekatan rasional yang diperkenalkan oleh para ilmuwan tadi.
Aliran pemikiran yang lebih ortodoks berusaha mempertahankan dogma dan tradisi, sehingga pemikiran yang inovatif dan kritis, seperti yang ditawarkan oleh Ibn Sina dan Ibn Rusyd, dianggap sebagai ancaman. Hal ini menciptakan jarak antara ilmu pengetahuan dan praktik keagamaan yang lebih ketat.
Akhirnya, meskipun ada tantangan dan penolakan yang dihadapi oleh ilmuwan Muslim seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Khawarizmi, warisan mereka tetap hidup dalam banyak aspek ilmu pengetahuan modern. Kontribusi mereka dalam bidang kedokteran, matematika, dan filsafat menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak selalu dihormati di kalangan tertentu, pengaruh pemikiran mereka tetap relevan dan menjadi bagian penting dari sejarah intelektual dunia.
Hmm... ada yang mau menambahkan?