Siapa Commodus Augustus Elagabalus?
https://www.belajarsampaimati.com/2025/11/siapa-commodus-augustus-elagabalus.html?m=0
![]() |
| Ilustrasi/kyleorton.com |
Commodus Augustus Elagabalus dan Heliogabalus adalah dua tokoh kaisar Romawi yang berbeda, masing-masing dengan karakteristik dan masa pemerintahan yang unik, tetapi sering kali dicampuradukkan dalam diskusi mengenai kekaisaran Romawi.
Commodus memerintah dari tahun 177 hingga 192 M, sementara Elagabalus atau Heliogabalus memerintah dari tahun 218 hingga 222 M. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, keduanya dikenal karena kebijakan dan perilaku yang kontroversial.
Commodus lahir pada tahun 161 M sebagai putra kaisar Marcus Aurelius dan istrinya, Faustina. Ia menjadi kaisar pada usia 16 tahun setelah kematian ayahnya. Selama masa awal pemerintahannya, Commodus tampak berusaha meneruskan warisan ayahnya yang terkenal sebagai kaisar yang bijaksana. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai mengabaikan tanggung jawab pemerintahan dan terlibat dalam gaya hidup yang hedonistik dan mewah.
Commodus dikenal karena kecintaannya pada arena gladiator, dan ia sering berpartisipasi dalam pertarungan, sesuatu yang dianggap sangat tidak pantas untuk seorang kaisar.
Selama masa pemerintahannya, Commodus semakin terasing dari senat dan rakyatnya. Ia menganggap dirinya sebagai inkarnasi dewa Hercules, mengenakan jubah dan atribut dewa tersebut. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya sering kali dipandang sebagai tindakan tirani, dan ia menghadapi berbagai skandal yang merusak reputasinya. Pada tahun 192 M, Commodus dibunuh dalam sebuah konspirasi yang melibatkan pengawalnya sendiri, menandai akhir dinasti Nerva-Antoninus.
Di sisi lain, Elagabalus, yang lahir dengan nama Varius Avitus Bassianus pada tahun 204 M, muncul sebagai kaisar setelah periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai "Tahun Lima Kaisar". Ia diangkat menjadi kaisar pada tahun 218 M dengan dukungan tentara, menggantikan kaisar sebelumnya, Caracalla. Elagabalus dikenal karena kebijakan keagamaannya yang ekstrem, berusaha menggantikan dewa-dewa Romawi tradisional dengan dewa matahari Elagabal, yang merupakan dewa utama dalam agama lokalnya di Emesa.
Masa pemerintahan Elagabalus ditandai oleh perilaku eksentrik dan kontroversial. Ia sering kali mengenakan pakaian wanita dan terlibat dalam praktik keagamaan yang dianggap asing oleh masyarakat Romawi. Elagabalus mengadakan pesta-pesta mewah yang penuh makanan dan hiburan berlebihan, yang membuatnya menjadi sosok yang sangat tidak disukai oleh senat dan rakyat. Ketidakpuasan terhadap kebijakan dan perilakunya semakin meningkat, dan pada tahun 222 M, ia digulingkan dalam sebuah kudeta yang dipimpin oleh pasukannya sendiri, yang mengakibatkan kematiannya.
Meskipun keduanya memiliki masa pemerintahan yang singkat dan penuh kontroversi, Commodus dan Elagabalus sering kali diingat sebagai simbol dekadensi dan ketidakstabilan dalam kekaisaran Romawi. Keduanya menunjukkan betapa kekuasaan dapat disalahgunakan dan perilaku pribadi seorang kaisar dapat mempengaruhi keseluruhan stabilitas politik.
Hmm... ada yang mau menambahkan?
