Mengapa Ada Orang-Orang yang Sangat Takut Pada Badut?

Mengapa Ada Orang-Orang yang Sangat Takut Pada Badut?
Ilustrasi/beritagar.id
Ada banyak fobia yang dialami manusia, termasuk coulrofobia atau ketakutan pada badut. Bagi sebagian orang, ketakutan pada badut mungkin terdengar aneh, karena badut selama ini terkesan lucu dan menghibur. Kalau anak kecil ketakutan pada badut mungkin masuk akal, karena pikiran anak kecil belum mampu menalar secara utuh. Tapi bagaimana dengan orang-orang dewasa yang takut pada badut?

Kenyataan bahwa ada orang-orang dewasa takut pada badut—dalam hal ini badut yang lucu, tentu saja—mungkin memang membingungkan, untuk tidak menyebut konyol. Penelitian Chapman University yang dilakukan pada 2006 di Amerika Serikat, yang melibatkan 2.000 warga di sana, mendapati 42 responden yang mengaku takut melihat badut sirkus.

Meski penelitian telah membuktikan adanya orang-orang dewasa yang takut pada badut, sayangnya sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah yang secara jelas mengungkapkan alasan kenapa ada orang-orang dewasa yang takut pada badut.

Meski begitu, sebagian psikolog memiliki teori mengenai fenomena ketakutan tersebut, yang menyebabkan badut jadi tampak menakutkan.

Friedemman Schaub, dokter sekaligus penulis The Fear & Anxiety Solution, menulis, “Ada perasaan tidak nyaman karena tindakan badut sulit diterka. Ketika kita menonton sirkus, kita tidak tahu apakah badut akan mempermalukan kita dengan menyemprot air, atau malah menarik kita ke atas panggung. Ada semacam kekuasaan yang dimiliki badut di arena sirkus.”

Ketakutan pada badut juga bisa berasal dari penampilan badut yang—bahkan sekonyol apa pun—tampak tidak manusiawi. Seperti yang biasa kita kenali, badut berpenampilan aneh, dengan wajah dicat warna-warni, hidung besar dan merah, sementara tubuhnya kadang jauh lebih besar dibanding umumnya manusia.

Penampilan badut yang semacam itu memang ditujukan untuk menghibur. Namun, di sisi lain, ada sebagian orang yang justru tidak nyaman atau bahkan ketakutan karena menilai badut “tidak seperti manusia”.

Bruce Cameron, psikolog bersertifikat di Dallas, yang telah menangani kasus-kasus coulrofobia, menyatakan, “Wajah badut melanggar batas-batas kewajaran kita dalam mengenali ekspresi wajah yang aman. Pengalaman bertemu badut, bagi banyak orang, sangat mengganggu, karena otak mereka harus menganalisa apakah wajah badut itu ramah atau malah jahat. Make up badut yang tebal semakin mempersulit proses ini.”

Friedemman Schaub menambahkan, “Dari perspektif evolusioner, sesuatu yang tidak bisa kita analisa—seperti wajah badut atau perilaku badut—membuat kita waswas ketika berinteraksi, karena otak kita merasakan adanya potensi bahaya.”

Ketakutan pada badut memang tidak secara otomatis menjadikan seseorang mengidap coulrofobia. Karena kenyataannya memang ada badut yang mengerikan—meski penilaian ini bisa relatif dan subejktif—dan ada pula badut yang sebenarnya lucu namun bagi sebagian orang tampak mengerikan.

Namun, untuk orang yang mengidap coulrofobia, badut adalah sosok yang pasti akan mereka jauhi, bahkan badut di acara ulang tahun anak-anak.

“Fobia adalah reaksi yang dipicu oleh pemantik spesifik, menghasilkan respons yang intens,” kata Martin Antony, penulis The Anti-Anxiety Workbook. “Karenanya, jika kita mengidap coulrofobia dan melihat badut, jantung kita akan mulai berdebar, mungkin mulai berkeringat, mual-mual dan panik—kita akan langsung ingin kabur sejauh-jauhnya.”

Hmm... bagaimana menurutmu?

Related

Studi 4824356990942541061

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item