Bagaimana Takdir Bermain

Ilustrasi/tribunnews.com
Sering kali, takdir bermain dengan cara tak terduga. Kita mengejar rezeki ke arah selatan, misalnya, ternyata takdir menyiapkan rezeki kita di utara, dan kita harus “berbelok” untuk mengejar rezeki di sana. Analogi itu mungkin tepat untuk orang-orang yang kadang berganti karier atau pekerjaan, atau baru sukses setelah berganti-ganti usaha. Karena kadang tidak yakin rezeki kita ada di mana.

Kadang pula, takdir bermain dengan cara yang lebih “tak terduga”. Ada orang, misalnya, melakukan sesuatu yang sama bertahun-tahun, semata-mata karena memang suka melakukannya—misalnya pelukis yang suka melukis, penulis yang suka menulis, atau musisi yang suka menciptakan musik. Mereka melakukan kegiatan itu semata-mata karena suka melakukannya, tanpa berharap uang, tak berharap terkenal, tapi ternyata rezekinya mengalir dari sana. 

Lebih jauh soal bagaimana takdir bermain, kita bisa melihat proses penemuan korek api—sesuatu yang sangat berpengaruh di dunia, menjadi bisnis bernilai miliaran dolar, memberi manfaat bagi orang-orang di mana pun, tapi sama sekali tak terbayangkan oleh penemunya sendiri.

Orang yang disebut “penemu korek api” adalah John Walker, seorang ahli kimia asal Inggris. Tapi dia sendiri sebenarnya tidak punya bayangan apalagi rencana untuk menjadi penemu korek api. Pada tahun 1826, ia sedang serius meneliti sesuatu terkait obat-obatan kimia. Waktu itu ia mencampurkan potas dan antimon ke dalam suatu wadah, kemudian mengaduk-aduknya dengan sebuah tongkat.

Setelah pekerjaannya selesai, sebagian tongkat yang ia gunakan untuk mengaduk dilekati zat kimia tadi. Karena cukup lama didiamkan, zat kimia yang melekat pada tongkat itu pun mengering. Dengan maksud ingin membersihkan, John Walker menggesek-gesekkan tongkat yang ternoda ke lantai batu laboratoriumnya. Noda kimia pada tongkat itu bukannya terlepas seperti yang diinginkan John Walker, tapi justru keajaiban yang terjadi. Ujung tongkat itu menyala!

Tongkat di tangan John Walker memunculkan api, dan sungguh ajaib untuk zaman itu, ketika orang masih susah payah untuk bisa membuat api. 

Sebagai kimiawan, John Walker menyadari bahwa api pada tongkatnya bukanlah mukjizat sebagaimana yang terjadi pada tongkat Musa, melainkan karena adanya campuran zat kimia yang melekat pada ujungnya. Pemikiran itu pun melahirkan gagasan cemerlang pada John Walker, yang kemudian melahirkan ide pembuatan korek api. Peristiwa itu terjadi pada 31 Desember 1826.

Ketika pertama kali dibuat, korek api yang menggunakan kayu masih berukuran besar—kira-kira dua kali ukuran korek api yang kita kenal sekarang. John Walker mengemas korek api buatannya dalam kaleng, dan menjual di tokonya. 

Pada hari pertama ia menjual korek api, kebetulan Robert Nixon datang untuk mengumpulkan sumbangan. Nixon tertarik pada korek api buatan John Walker, dan ia pun membelinya. Karena itulah, Robert Nixon menjadi orang pertama yang membeli korek api di planet ini, dan pembelian itu terjadi pada 7 April 1827.

Sejak itu, korek api mulai dikenal masyarakat luas, dan orang-orang lain ikut membuat serta menjualnya. Orang selalu membutuhkan api untuk kebutuhan sehari-hari—dari memasak, sampai menyalakan perapian ketika musim dingin tiba. John Walker sengaja tidak mematenkan korek api temuannya, sehingga siapa pun bisa memproduksi dan menjual korek api. 

Pada 1855, korek api mengalami revolusi, hingga bentuknya kecil seperti yang kita kenal sekarang... dan selanjutnya adalah sejarah.

John Walker, lebih dari yang kita tahu, telah mempengaruhi peradaban dunia, serta memberikan sumbangan besar untuk umat manusia.

Ketika menengok sejarah penemuannya, orang yang sinis mungkin bisa menyatakan, “Ah, kalau begitu John Walker menemukan korek api tanpa sengaja, dong. Kalau ceritanya seperti itu, siapa pun bisa melakukannya, karena bisa dibilang dia menemukan korek api karena takdir.”

Mungkin memang benar.

Mungkin memang benar bahwa John Walker menemukan korek api karena takdir semata-mata, karena dia tidak sengaja menemukannya. Tapi mungkinkah takdir semacam itu mendatangi John Walker kalau ia hanya malas-malasan dan ongkang-ongkang kaki? Mungkinkah takdir yang merupakan keberuntungan itu datang kepada John Walker jika dia tidak sibuk bekerja dengan zat-zat kimia dalam penelitiannya?

Mungkin penemuan korek api memang karena takdir. Ia ditemukan tanpa sengaja, menjadi semacam keberuntungan tak terduga. Tapi takdir itu muncul karena John Walker sibuk bekerja.

Jika korek api menjadi salah satu penemuan penting dalam peradaban manusia, penemuan penisilin menjadi salah satu tonggak penting dalam dunia medis. Dan sama seperti penemuan korek api, penemuan penisilin juga terjadi tanpa sengaja. Orang boleh menyebutnya takdir. Atau keberuntungan.

Penisilin ditemukan oleh seorang dokter bernama Alexander Fleming. Ketika Perang Dunia I meletus, Fleming bergabung dengan tim medis dan membangun rumah sakit bagi korban perang. Pada waktu itu, ia menyaksikan akibat ganas infeksi terhadap luka-luka yang dialami prajurit. Banyak di antara korban tersebut yang mati, meski infeksi yang diderita tergolong ringan. Kenyataan itu pun membuat Fleming berpikir keras untuk bisa menemukan bahan yang bisa digunakannya memerangi bakteri.

Pada 1920, Fleming menenggelamkan diri dalam penelitian di laboratorium Rumah Sakit Santa Maria, London, dan menemukan bahwa enzim yang dihasilkan cairan tubuh—seperti air mata—memiliki efek antibakteri yang alami. Namun, antibakteri alami itu tidak berdaya menghadapi kuman penginfeksi yang kuat. Dari situ, Fleming mencoba menggunakan kultur bakteri Staphylococcus demi bisa menemukan materi yang diinginkannya, yang bisa melawan bakteri berbahaya.

Selama berbulan-bulan Fleming terus mengurung dirinya di laboratorium, mencoba dan meneliti aneka macam bahan, sementara cawan-cawan dan bejana laboratorium tersebar dan bertumpuk di sana-sini. Akibat penelitian yang berat itu, Fleming pun stres. Ia lalu memutuskan untuk rehat sejenak, dan pergi liburan selama dua minggu.

Sepulang liburan, Fleming kembali masuk laboratoriumnya, dan bermaksud membereskan peralatan serta cawan-cawan yang tersebar tak karuan. Pada waktu akan membersihkan cawan-cawan itulah, Fleming mendapati cawan petri yang berisi kultur bakteri Staphylococcus telah ditumbuhi jamur. Rupanya, saat ditinggalkan terbuka di laboratorium, sehelai jamur terbang dan hinggap di cawan itu, kemudian berkembang.

Fleming memperhatikan hal itu. Ia juga memperhatikan bahwa jamur yang hinggap di cawan mengeluarkan lapisan bening, berbentuk seperti cincin. Anehnya, di sekitar lapisan itu tidak terdapat satu pun bakteri Staphylococcus. Detik itu ia tahu, sesuatu yang dicari-carinya telah tertemukan tanpa sengaja. Jamur itu telah membuka matanya tentang cara melawan bakteri berbahaya.

Jamur yang mirip keajaiban itu bernama Penicilium notatum. Fleming menyimpulkan bahwa bakteri pada cawan petri telah dimusnahkan oleh zat yang dihasilkan koloni jamur, yang kemudian ia namakan penisilin... dan selanjutnya adalah sejarah.

Penisilin yang ditemukan pada September 1928 itu kemudian menandai abad baru dalam dunia antibiotik modern. Ketika Perang Dunia II pecah, penisilin berjasa dalam menekan jumlah kematian akibat infeksi yang disebabkan luka terbuka yang tak mendapat perawatan, yang dalam situasi serupa dapat menimbulkan gangren bahkan kematian. Secara konklusif, penisilin dipercaya telah menyelamatkan 12-15 persen nyawa korban perang.

Kita lihat, penemuan penisilin juga bisa disebut takdir, sebuah keberuntungan yang tak disengaja, yang bahkan tak pernah dibayangkan penemunya. Tapi mungkinkah takdir semacam itu menghinggapi Alexander Fleming kalau dia santai dan tak bekerja? Mungkinkah keberuntungan semacam itu akan mendatangi jika Fleming hanya asyik menghabiskan waktu menonton televisi dan ongkang-ongkang kaki?

Mungkin di dunia ini memang ada nasib baik—sebentuk keberuntungan yang digerakkan oleh takdir. Tetapi nasib baik atau keberuntungan hanya datang kepada orang-orang yang mau bekerja. Takdir atau nasib baik bukan lotere yang bisa ditunggu tanpa usaha dan jerih payah. Ia hanya datang ketika kita bergerak mendatanginya. Dan cara paling mudah mendatangi takdir atau nasib baik adalah bekerja keras, bukan hanya duduk santai menunggu.

Takdir memang kadang bermain, dan nasib baik kadang-kadang memang datang. Tapi ia hanya datang kepada orang yang siap menyambutnya. Dan orang yang paling siap menyambut nasib baik adalah orang-orang yang bekerja dengan baik. Karenanya, tugas kita bukan menunggu datangnya takdir atau nasib baik, melainkan menyiapkan kedatangannya. Saat kita bekerja dengan baik, belajar dengan baik, tangan-tangan takdir menggerakkan nasib baik.

Related

Hoeda's Note 259925638397634026

Posting Komentar

  1. Memang betul, tekun bekerja dan menunggu momentum. Kalo pas momentumnya, bisa duarr, cuan.

    Aku juga sedang meramu momentum itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tul, John. Kalau kita pas ngerjain sesuatu, dan muncul momentum yang tepat, hasilnya seringkali mengejutkan, dalam arti positif. Cuma nunggu momentumnya itu yang kadang bisa butuh waktu lama.

      Btw, sori kalau balasnya terlambat. Ini aku baru keingat buka tab komentar, soalnya post di sini terjadwal, jadi gak setiap waktu lihat dasbor. :smile:

      Hapus

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item