Apa Penyakit Joker, hingga Tidak Bisa Menahan Tawa?

Apa Penyakit Joker, hingga Tidak Bisa Menahan Tawa?
Ilustrasi/cdn.cgv.id
Sosok Joker muncul dalam film utuh, berjudul Joker (2019), dan diperankan Arthur Fleck. Tidak ada Batman, tidak ada superhero—hanya ada Joker. Dan dalam film itu, penonton bisa mengenal lebih dekat sosok villain terkenal tersebut.

Dalam film, Joker tampak mengidap penyakti aneh, yang gejalanya tidak bisa menahan tawa. Salah satu adegan yang jelas menampakkan hal itu muncul saat Joker berada di dalam kereta, dan menyaksikan seorang wanita sedang dilecehkan oleh tiga pria. Saat menyaksikan itu, entah kenapa, Joker tidak bisa menahan tawa, dan dia tertawa terkekeh-kekeh.

Kita tahu bahwa Joker tak bermaksud tertawa, atau menertawakan siapa pun—ia hanya tak bisa menahan tawa yang tiba-tiba lepas dari mulutnya. Ekspresi Joker waktu itu dengan jelas memperlihatkan kalau tawa yang keluar dari mulutnya bukan ia sengaja, namun muncul begitu saja dan tak bisa ia tahan.

Sebenarnya, penyakit apa yang diderita Joker, hingga ia tidak bisa menahan tawa?

Mengutip BBC, Francisco Javier Lopez, ilmuwan Spanyol yang berkecimpung di bidang kajian epilepsi dan neurologi, menyatakan bahwa Joker bisa jadi menderita epilepsi gelastik (dari istilah Yunani; gelastikos, yang artinya ‘tertawa’).

“Itu jenis kejang yang jumlah kasusnya 0,2% dari keseluruhan jenis kekejangan,” kata Javier Lopez. “Itu adalah tawa yang terjadi secara tidak pantas. Penderitanya tidak menyukainya, tetapi dia tidak bisa mengontrolnya.”

Masih menurut Javier Lopez, penyebab terbesar epilepsi jenis ini adalah tumor kecil otak, hypothalamic hamartoma. Tumor ini mempengaruhi hypothalamus, bagian otak yang mengendalikan berbagai fungsi penting, mulai dari pengaturan suhu tubuh sampai ke respons emosi.

Tetapi, tertawa-tanpa-kendali juga bisa dipicu oleh tumor di bagian depan lobus otak. Biasanya, pasien seperti ini mengalami kejang-kejang.

“Kejang gelastik menimbulkan stres tambahan,” ujar Javier Lopez. “Karena jika seseorang mengalami kejang umum dan kehilangan kesadaran, maka tidak akan terjadi apa pun. Tetapi jika Anda sadar dan tertawa di situasi yang tidak patut, ini akan membuat Anda sangat menderita.”

Jenis epilepsi ini biasanya dikontrol obat antiepilepsi, dan—dalam beberapa kasus—dilakukan pembedahan. Kalau tidak dirawat, pasien kemungkinan akan kejang setiap hari. Sementara jika dikontrol, serangan dapat dikurangi jadi satu atau dua kali dalam sebulan, atau bahkan sama sekali menghilang.

Masalah seperti yang dialami Joker lebih umum terjadi pada orang dewasa, daripada anak-anak atau remaja. Serangan epilepsi gelastik juga dapat mengisyaratkan demensia tahap dini.

Sementara itu, Andy Tyerman, seorang ahli syaraf, menyatakan bahwa epilepsi gelastik bukan satu-satunya kondisi yang dapat menyebabkan orang tertawa tanpa kendali. Ada pula pseudobulbar affect (PBA), yang dikenal sebagai ketidakbahagiaan emosi, yang dapat menyebabkan orang tertawa atau menangis tanpa kendali.

Serangan PBA dikaitkan dengan penyakit dan cedera syaraf. Kajian pada 2013 memperkirakan PBA diderita sekitar 1,8 juta warga Amerika Serikat.

Terlepas dari hal itu, apakah epilepsi gelastik atau PBA juga mendorong penderitanya untuk melakukan kekerasan, sebagaimana yang diperlihatkan Joker dalam film?

Javier Lopez menyatakan, epilepsi gelastik tidak berhubungan atau mempengaruhi penderitanya untuk melakukan kekerasan.

“Serangan ini lebih banyak terjadi pada pasien manula berpenyakit syaraf degeneratif,” kata Javier Lopez. “Mereka adalah pasien manula pada fase terakhir dari penyakitnya, dan yang pasti bukan keadaan yang diderita Joker.”

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 7341254823789662980

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item