Bagaimana Khayalan Menciptakan Teknologi-Teknologi Canggih?

Bagaimana Khayalan Menciptakan Teknologi-Teknologi Canggih?
Ilustrasi/pixabay.com
Salah satu kalimat terkenal Albert Einstein adalah, “Imajinasi lebih penting dari pengetahuan.”

Kalimat itu sebenarnya membingungkan, mengingat Einstein seorang ilmuwan dan bukan pendongeng. Tapi belakangan saya menyadari bahwa Einstein tentunya “membayangkan” relativitas terlebih dulu, sebelum kemudian menuliskan teori relativitas sebagai pengetahuan faktual. Sebelas dua belas dengan Isaac Newton, yang tentunya “membayangkan” gravitasi terlebih dulu, sebelum menemukan pengetahuan ilmiah tentang gravitasi.

Bahkan bom nuklir tidak akan tercipta, andai tidak ada orang yang “membayangkan” kekuatan bom itu dalam pikirannya.

Kenyataannya, memang, ada banyak pengetahuan, bahkan teknologi, yang berawal dari imajinasi. Dua orang yang dapat berkomunikasi jarak jauh—dipisahkan ratusan kilometer—tentu mula-mula berawal dari bayangan atau bahkan khayalan, sampai kemudian ilmu pengetahuan menemukan sarana yang kita sebut telepon atau ponsel. Sebelum telepon/ponsel ada, ia hanya ada dalam pikiran, dalam khayalan, dalam imajinasi.

Dalam film-film sains-fiksi ala Hollywood, kita sering menyaksikan aneka teknologi canggih yang memukau. Bisa jadi, di masa depan, teknologi-teknologi semacam itu akan benar-benar ada di dunia kita. Faktanya, dari waktu ke waktu, teknologi-teknologi yang semula ada di film benar-benar bisa diwujudkan ke kenyataan. Dari teknologi internet sampai teknologi kloning.

Pada 1869, ada cerita pendek berjudul The Brick Moon, yang ditulis Edward Everett Hale. Cerita pendek itu menyebut sebuah teknologi yang berfungsi sebagai satelit komunikasi—satu abad sebelum satelit komunikasi benar-benar diciptakan di dunia!

Kemudian, pada 1879, Jules Verne menulis novel berjudul Begum’s Fortune, dan tampaknya terinspirasi dengan “alat canggih” yang diilustrasikan Edward Everett Hale dalam cerpennya. Sekali lagi, itu jauh-jauh hari sebelum satelit benar-benar diciptakan.

Cetusan mengenai alat canggih yang semula ada di cerpen dan novel itu kemudian melahirkan analisis ilmiah. Pada 1928, Herman Potocnik, ilmuwan asal Slovenia, menerbitkan buku berjudul Das Problem der Befahrung des Weltraums: der Raketen-Motor.

Buku itu menggoda pikiran mengenai kemungkinan adanya sebuah wahana angkasa yang berfungsi sebagai sarana telekomunikasi. Buku yang ditulis Herman Potocnik juga menjadi buku pertama yang mengungkapkan istilah “geostasioner”, dan menggambarkan komunikasi jarak jauh yang berlangsung antara Bumi dengan wahana di angkasa, melalui gelombang radio.

Tujuh belas tahun kemudian, pada 1945, Arthur C. Clark menulis artikel ilmiah yang pertama kali membicarakan penggunaan satelit buatan sebagai sarana telekomunikasi. Artikel itu berjudul Extra-Terrestrial Relay. Dari situ, teknologi yang kelak disebut “satelit” semakin utuh dan makin jelas untuk dibayangkan.

Tiga tahun setelah itu, pada 18 Desember 1958, Amerika berhasil meluncurkan satelit komunikasi pertama di dunia, dalam proyek yang disebut SCORE. Satelit itu mengorbit Bumi selama 12 hari. Dengan perantara satelit tersebut, Presiden AS waktu itu, Dwight Eisenhower, sempat menyampaikan pesan Natal yang disiarkan secara luas.

Pada masa itu, teknologi roket belum mampu melontarkan beban peralatan yang harus diangkut sebuah satelit komunikasi ke orbitnya. Karenanya, satelit pada masa itu dilengkapi balon raksasa berdiameter 30 meter, yang difungsikan untuk “melanjutkan” perjalanan satelit hingga ke tujuan.

Satelit sederhana itu bernama Echo-1. Belakangan, Echo-1 dilanjutkan satelit lain yang lebih baik, bernama Echo-2, pada 12 Agustus 1960.

Meski masih sederhana, satelit Echo pada masa itu sudah mampu memfasilitasi komunikasi radio hingga jarak 4.000 kilometer, menghubungkan pantai timur Amerika Serikat dengan California.

Seiring dengan itu, para ilmuwan merancang satelit lain yang mampu mengatasi kelemahan satelit Echo, dan lahirlah Telstar, satelit komunikasi yang dilengkapi teknologi paling canggih pada zamannya.

Telstar memiliki bobot 64 kilogram, dilengkapi 3.600 sel matahari yang berfungsi membuat arus listrik dan mengisi baterai Nikel Cadmium pada satelit. Telstar juga dilengkapi seribu transistor dan tabung penguat, yang mampu memperkuat sinyal yang diterima dari Bumi hingga 10.000 kali lipat.

Telstar diluncurkan pada 10 Juli 1962, dan beberapa jam kemudian siaran TV langsung yang pertama kali di dunia terwujud menjadi kenyataan. Sejak itu, manusia memasuki era satelit komunikasi.

Dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun, dari pengembangan ke pengembangan, teknologi satelit komunikasi terus mengalami kemajuan, hingga benar-benar canggih seperti yang sekarang kita nikmati. Dan semua kecanggihan itu, jika dirunut ke belakang, berawal dari imajinasi.

Related

Iptek 8958654515054787287

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item