Bagaimana Napoleon Bonaparte Gagal Menguasai Haiti?

Ilustrasi/wikipedia.org

Penjajahan Prancis mencengkeram Haiti, dan menjadikan orang-orang di sana sebagai budak. Sampai kemudian, pada 1801, setelah terjadi beberapa pemberontakan budak terhadap kaum penjajah, Toussaint Louverture menjadi pemimpin Haiti.

Seiring dengan itu, Napoleon Bonaparte menjadi pemimpin Prancis, dan mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa seumur hidup. Dia juga menginginkan kendali penuh terhadap Haiti, dan untuk itu Napoleon mengirim puluhan ribu pasukan untuk mengambil paksa kekuasaan di sana.

Pengiriman pasukan yang sangat besar itu hampir bisa dipastikan akan memenangkan pertarungan, dan makin mengukuhkan kekuasaan Napoleon yang tak terkalahkan. Tapi sejarah tampaknya berkehendak lain.

Di medan perang, pasukan Prancis jelas perkasa dan tampak sulit dikalahkan. Tetapi, mereka kemudian kalah oleh demam kuning yang menewaskan sekitar 50.000 tentara, perwira, dokter, dan pelaut. Hanya tersisa 3.000 orang yang berhasil selamat, dan mereka pulang ke Prancis dengan kondisi kalah serta mental yang jatuh.

Pasukan Eropa yang dikirim Napoleon memiliki kekuatan dalam hal senjata, tapi mereka tak punya kekebalan alamiah terhadap penyakit di Afrika. Karena kekalahan yang tak terduga tapi sangat menghantam itu, Napoleon lalu mengabaikan Haiti, juga mengabaikan ambisinya untuk menjajah seluruh Amerika Utara.

Pasukan Prancis pun keluar dari Amerika Utara, dan hal itu memungkinkan terjadinya peningkatan kekuatan Amerika Serikat, yang waktu itu baru tumbuh.

Dua tahun setelah pasukannya gagal menguasai Haiti, Napoleon menjual 1,2 juta km persegi tanah mereka ke pemerintah AS. Dalam sejarah, peristiwa itu dikenal dengan nama Louisiana Purchase, yang secara otomatis menggandakan ukuran wilayah AS, yang waktu itu masih negara baru.

Hmm... ada yang mau menambahkan?