Kota-Kota Besar yang Kini Lenyap dari Peradaban

Kota-Kota Besar yang Kini Lenyap dari Peradaban, Belajar Sampai Mati, belajarsampaimati.com, hoeda manis
Timgad, Aljazair/gettyimages.com
Kita yang hidup di kota modern zaman sekarang, mungkin membayangkan bahwa kota kuno di masa lalu berwujud kawasan primitif dengan keterbatasan pada segala hal. Kemungkinan besar, kebanyakan orang mungkin berpikir begitu.

Tetapi, ternyata, kenyataannya tidak seperti itu. Berdasarkan penemuan-penemuan kota kuno yang ditemukan dari waktu ke waktu, tampaknya kota-kota di masa lalu telah mencapai peradaban mengagumkan.

Di masa lalu, rupanya juga telah ada peradaban maju, sistem perdagangan, bangunan-bangunan megah, dan lain-lain, yang—jika diukur dengan skala objektif zaman sekarang—bisa dibilang tidak kalah dengan kecanggihan masa kini.

Berikut ini adalah kota-kota besar yang telah lenyap dari peradaban, yang kembali ditemukan di zaman modern. Kota-kota berikut ini telah lenyap berabad-abad lalu—karena ditinggalkan, karena bencana, atau karena hal lain—dan kini ditemukan kembali untuk dipelajari.

Pavlopetri, Yunani

Pavlopetri adalah kota di Yunani yang diperkirakan eksis pada Zaman Perunggu, yaitu 5.000-6.000 tahun lalu, atau bisa jadi 12.000 tahun yang lalu. Kota kuno ini ditemukan di bawah laut, dan masih terlihat jelas, termasuk reruntuhan bangunan, serta benda-benda peninggalan di dalamnya, seperti tembikar, keramik, dan lain-lain.

Para ahli memperkirakan, Pavlopetri adalah kota tertua yang ditemukan di bawah laut. Dr. Nic Flemming dari National Oceanography Centre, Southampton, menyatakan, “Diperkirakan, kota yang tenggelam ini adalah kota pelabuhan. Hal itu ditandai dari bangkai kapal yang berada di dekatnya. Penemuan keramik Zaman Neolitikum merupakan sesuatu yang luar biasa. Kota ini dulunya tempat perdagangan barang dan jasa yang maju.”

Kota Pavlopetri yang ditemukan di bawah laut itu juga tergolong masih lengkap, meliputi bangunan rumah, halaman, jalan, gedung peribadatan, makam, yang semuanya telah dipetakan menggunakan perlengkapan 3D digital paling mutakhir.

Pavlopetri diperkirakan berasal dari Periode Mycenaean (sekitar 1680-1180 SM), dari masa Yunani kuno yang kaya kesusasteraan dan mitos. Berdasarkan benda-benda tembikar Neolitis yang ditemukan, tempat itu diperkirakan telah ditempati sejak sekitar 2800 SM. Dengan mempelajari kota kuno tersebut, peneliti berharap dapat lebih memahami peninggalan masyarakat Yunani Zaman Perunggu.

Cliff Palace, Colorado

Cliff Palace adalah kawasan bangunan kuno yang dibangun oleh masyarakat Amerika Utara di zaman dulu. Ketika kawasan kuno itu ditemukan, tempat itu lalu dibangun taman nasional, hingga Cliff Palace saat ini terletak di Mesa Verde National Park, Colorado.

Cliff Palace memiliki desain konstruksi yang unik, yang ditujukan sebagai pendinginan dari sengatan matahari yang sangat panas di masa itu. Bangunan itu bisa dibilang menakjubkan, mengingat dibuat pada zaman dulu, ketika teknologi belum secanggih sekarang.

Arsitektur Cliff Palace juga seolah memberitahu bahwa ilmu pengetahuan di zaman kuno sebenarnya tidak kalah dengan pengetahuan orang sekarang, meski mereka mungkin tidak dilengkapi kecanggihan teknologi.

Akrotiri, Yunani

Di masa lalu, Yunani pernah membangun peradaban yang disebut Akrotiri. Peradaban itu lalu musnah dan dilupakan, sampai kemudian ditemukan kembali pada tahun 1967.

Penemuan Akrotiri memperjelas tentang peninggalan lukisan-lukisan yang terpelihara dengan baik, perumahan yang mempunyai tiga tingkat, dan komplek pemukiman yang diatur sedemikian rumit.

Pada reruntuhan peradaban itu juga tampak bahwa orang-orang Akrotiri memiliki akses ke air panas dan dingin. Sumber air panas diperoleh dari gunung berapi Thera. Gunung berapi itu pula yang diperkirakan memusnahkan peradaban Akrotiri, ketika meletus pada sekitar 1600 SM.

Tikal, Guatemala

Di masa lalu, Tikal pernah menjadi ibu kota Kerajaan Maya, dan sebuah kota besar di zaman kuno. Kota itu diperkirakan telah berdiri pada tahun 200-900 Masehi, dan sempat diperintah beberapa raja.

Situs kuno Tikal telah diabaikan hingga sangat lama, sampai hutan yang lebat kemudian menutupinya. Selama bertahun-tahun, penduduk setempat memang sempat membicarakan keberadaan kota yang hilang di sana, tapi waktu itu hanya sebatas rumor. Sampai kemudian, pada 1848, sebuah ekspedisi terorganisir dilakukan untuk menemukan kota yang hilang tersebut.

Ekspedisi itu akhirnya berhasil menemukan kota bangsa Maya kuno, Tikal, yang menjadi salah satu situs terbesar di dunia arkeologi. Di sana terdapat piramida setinggi 70 meter, istana, prasasti dan monumen, sampai arena bermain untuk pertandingan bola Suku Maya. Diperkirakan, kota kuno itu ditinggalkan, karena tanah di tempat itu tidak mendukung untuk sejumlah besar orang bermukim di sana.

Timgad, Aljazair

Timgad adalah kota kuno menakjubkan, yang didirikan di padang gurun atas perintah Kaisar Trajan. Kota itu lalu tumbuh dan berkembang, hingga menjadi pusat perdagangan besar di masa lalu.

Pada abad ke-5, Timgad mengalami penjarahan dan perampokan besar-besaran, lalu terlahir kembali sebagai kota yang religius. Pada abad ke-7, perampokan dan penjarahan besar-besaran kembali terjadi, dan menjadikan kota ini ditinggalkan selamanya.

Seiring bergantinya tahun, kawasan kota itu lalu tertutup oleh pasir Sahara. Keberadaan pasir yang menutupi situs itu secara tak langsung juga mengawetkan peninggalan kota, sampai kemudian ditemukan pada tahun 1881.

Kini, kota dari masa lalu itu memberikan wawasan cemerlang mengenai kota di Provinsi Romawi di Afrika. Di sana, tampak jalan-jalan yang dibangun mengikuti bidang-bidang sempurna, tak jauh beda dengan yang kita saksikan di perkotaan modern. Di sana juga terdapat tempat permandian, kuil, dan lain-lain. Dalam bahasa Latin, kota ini disebut Colonia Marciana Ulpia Traiana Thamugadi.

Machu Picchu, Peru

Machu Picchu adalah situs Suku Inca, yang terletak 2.430 meter (7.970 kaki) di atas permukaan laut. Kota itu berdiri di punggung bukit gunung di atas Lembah Urubamba di Peru, 80 kilometer (50 mil) barat laut Cuzco, tempat air Sungai Urubamba mengalir. Kebanyakan arkeolog meyakini, Machu Picchu dibangun sebagai kawasan bagi kaisar Inca, Pachacuti (1438-1472).

Di tempat itu, Suku Inca juga memulai perkebunan, sekitar tahun 1400, tapi kemudian ditinggalkan ketika Spanyol melakukan penaklukan di sana. Sejak itu, Machu Picchu ditinggalkan, sampai kemudian ditemukan kembali dan menarik perhatian internasional pada tahun 1911. Sejak itu, Machu Picchu menjadi daya tarik wisata, sekaligus situs budaya yang penting.

Mohenjo-Daro, Pakistan

Mohenjo-Daro adalah salah satu situs dari sisa-sisa pemukiman terbesar Kebudayaan Lembah Sungai Indus, terletak di Provinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan, Mohenjo-Daro adalah kota pertama di dunia, yang berdiri bersama peradaban Mesir kuno, Mesopotamia, dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini pun telah dimasukkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Mohenjo-Daro diperkirakan telah dibangun sekitar 2600 SM, terletak di tengah-tengah dataran banjir Sungai Sindhu. Kawasan itu sekarang telah terkubur akibat banjir yang datang. Di masa lalu, Mohenjo-Daro menjadi bagian dari peradaban penting Lembah Indus.

Peradaban Lembah Indus (3300-1700 SM) adalah peradaban sungai kuno yang berkembang di lembah sungai Indus di India Kuno (kini Pakistan dan India Barat Laut). Peradaban itu juga dikenal sebagai Peradaban Harappa. Beberapa arkeolog berpendapat, Peradaban Indus pernah mencapai jumlah lima juta penduduk.

Mohenjo-Daro adalah bangunan yang luar biasa, karena memiliki tata letak terencana berbasis grid jalanan, yang tersusun menurut pola yang sempurna. Pada puncak kejayaannya, kota ini diperkirakan dihuni sekitar 35.000 orang.

Bangunan-bangunan di kota ini begitu maju, dengan struktur-struktur yang terdiri dari batu-bata buatan, serta kayu-kayu yang ukurannya begitu rata. Kota itu juga dilengkapi menara di sebelah barat, dan benteng pertahanan di selatan.

Sejak berdirinya, Mohenjo-Daro telah mengalami kehancuran dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali, kota baru dibangun terus di atas kota lama. Sampai kemudian, banjir besar dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab lenyapnya kota kuno tersebut.

Petra, Yordania

Kata “Petra” berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “Batu”. Kata itu merujuk pada bangunan kota yang terbuat dari batu-batu di Wadi Araba, sebuah lembah bercadas di Yordania. Kenyataannya, Kota Petra memang dibangun dari batu. Tepatnya, kota ini didirikan dengan cara menggali dan mengukir batu cadas setinggi 40 meter.

Petra adalah situs arkeologikal di Yordania, terletak di dataran rendah di antara gunung-gunung di timur Wadi Araba, lembah besar yang berawal dari Laut Mati sampai Teluk Aqaba.

Di masa lalu, Petra menjadi ibu kota Kerajaan Nabatean. Kota itu didirikan sembilan tahun sebelum Masehi sampai dengan tahun 40 M oleh Raja Aretas IV. Tujuan pembangunan Petra adalah sebagai kota benteng yang sulit ditembus musuh, serta aman dari bencana seperti badai pasir.

Suku Nabatean membangun Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit. Di sana terdapat terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke kota, sehingga mencegah banjir mendadak.

Mereka juga memiliki teknologi hidrolik untuk mengangkat air. Terdapat juga sebuah teater yang mampu menampung 4.000 orang. Saat situs kuno itu ditemukan, Makam Hellenistis yang memiliki tinggi 42 meter masih berdiri kokoh di sana.

Asal usul Suku Nabatean tak diketahui pasti. Yang jelas, mereka dikenal sebagai suku pengembara yang berkelana ke berbagai penjuru dengan kawanan unta dan domba. Mereka sangat mahir membuat tangki air bawah tanah, untuk mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat bepergian jauh.

Ketika Petra dibangun, kota itu semula direncanakan sebagai benteng pertahanan. Namun, seiring perkembangan yang terjadi, kota itu dipadati puluhan ribu warga, hingga berkembang menjadi kota perdagangan, karena terletak di jalur distribusi barang antara Eropa dan Timur Tengah.

Pada tahun 106 Masehi, Romawi menjajah dan menguasai Petra, sehingga peran jalur perdagangan di sana melemah. Sekitar tahun 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan utama di sana mulai hancur menjadi puing. Petra pun perlahan menghilang dari peta bumi saat itu, dan tinggal legenda hingga sangat lama.

Troya, Turki

Troya adalah kota legendaris, sekaligus pusat dari Perang Troya sebagaimana yang diceritakan dalam Kumpulan Cerita Kepahlawanan Yunani, terutama dalam Iliad, salah satu dari dua puisi kepahlawanan Homer, seorang seniman Yunani Kuno.

Saat ini, Troya adalah sebuah situs arkeologi. Lokasi tradisional Kota Troya disebut juga Turkish Truva, di Hisarlik di daerah Anatolia, dekat pantai Provinsi Çanakkale, di sebelah barat laut Turki, barat daya Dardanelles, di kaki Gunung Ida. Pada tahun 1998, UNESCO memasukkan situs arkeologi Troya ke dalam daftar Peninggalan Sejarah Dunia.

Perang Troya adalah penyerbuan terhadap Kota Troya oleh pasukan Akhaia (Yunani Mycenaean), yang terjadi setelah Paris menculik Helena dari suaminya, Menelaos, sang Raja Sparta. Perang itu merupakan salah satu peristiwa penting dalam mitologi Yunani, dan diceritakan di banyak karya sastra Yunani.

Dalam Perang Troya, para prajurit Yunani bersembunyi di dalam sebuah patung Kuda Troya berukuran raksasa, yang ditujukan sebagai pengabdian kepada Poseidon.

Para petinggi Kota Troya menganggap patung kuda itu tidak berbahaya, sehingga diizinkan masuk ke dalam benteng Troya, yang sebelumnya tidak dapat ditembus oleh para prajurit Yunani selama 10 tahun perang bergolak. Pada malam harinya, pasukan Yunani keluar dari perut patung kuda raksasa tersebut, dan akhirnya merebut Kota Troya.

Pompeii, Italia

Pompeii adalah kota zaman Romawi kuno yang terletak di wilayah Campania, Italia. Kota terkenal ini hancur dan lenyap oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii beserta segala isinya, menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum akhirnya ditemukan kembali.

Pompeii berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara, di hilir Sungai Sarnus. Pada abad pertama Masehi, Pompeii hanyalah satu dari sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah itu dihuni penduduk dalam jumlah cukup besar, dan menjalani kehidupan makmur karena daerah pertanian di sana subur.

Diperkirakan, Pompeii didirikan sekitar abad ke-6 SM oleh orang-orang Osci atau Oscan, kelompok masyarakat di Italia tengah. Saat itu, Pompeii digunakan sebagai pelabuhan oleh pelaut Yunani dan Fenisia. Pada tahun 62 M, sebuah gempa bumi hebat merusakkan Pompeii bersama banyak kota lainnya di Campania. Di masa antara tahun 62 M hingga letusan besar Vesuvius tahun 79 M, Pompeii dibangun kembali, mungkin lebih megah dalam bidang bangunan dan karya seni dari sebelumnya.

Sampai kemudian, pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur di sana mengering. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan semakin sering terjadi pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari.

Pada sore hari, 24 Agustus 79, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, dan mengubur Pompeii serta daerah-daerah pemukiman lainnya. Entah kebetulan atau tidak, tanggal peristiwa itu terjadi bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 3167342361412526032

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item