Bagaimana Kotoran Telinga Mengungkap Stres Pemiliknya?

Bagaimana Kotoran Telinga Mengungkap Stres Pemiliknya?
Ilustrasi/pixabay.com
Setiap orang, setidaknya, memiliki dua hal di dalam dirinya, meski mungkin ia tidak ingin. Yang pertama adalah stres, dan yang kedua adalah kotoran telinga. Sebagaimana kotoran telinga yang bervariasi orang per orang, tingkat stres masing-masing orang juga bisa berbeda. Temuan baru, stres dan kotoran telinga ternyata punya hubungan.

Andrés Herane-Vives, dan koleganya di University College London's Institute of Cognitive Neuroscience and Institute of Psychiatry, melakukan penelitian dengan 37 partisipan, dan menemukan bahwa kortisol ternyata lebih terkonsentrasi di kotoran telinga daripada di rambut, sehingga lebih mudah dianalisis.

Kortisol adalah hormon di tubuh kita, yang akan melonjak saat kita stres, dan akan menurun ketika kita dalam kondisi rileks. Hormon kortisol sering kali meningkat secara konsisten pada orang dengan depresi dan kecemasan. 

Lalu apa pentingnya kaitan kotoran telinga yang ternyata mengandung kortisol?

Menurut peneliti, kotoran telinga stabil dan tahan terhadap kontaminasi bakteri, sehingga dapat dikirim ke laboratorium dengan mudah, untuk dianalisis. Selain itu, kotoran telinga juga dapat menyimpan catatan tingkat kortisol selama berminggu-minggu. Di sisi lain, teknik usap atau swab yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan kotoran telinga, menurut para partisipan, jauh lebih nyaman dari metode lain.

Sebelum hal ini ditemukan, metode pemeriksaan kortisol dilakukan menggunakan air liur, darah, dan rambut. Namun, sayangnya, sampel air liur dan darah hanya menangkap kortisol selama sesaat, padahal kortisol berfluktuasi secara signifikan sepanjang hari. Lebih dari itu, pengalaman dengan jarum suntik untuk mengambil darah dapat meningkatkan stres, dan dengan demikian meningkatkan kadar kortisol.

Sementara itu, penelitian kortisol menggunakan sampel rambut memang dapat memberi gambaran singkat tentang kortisol selama beberapa bulan, tetapi analisis rambut tergolong mahal.

Sebelumnya, pemeriksaan kortisol melalui kotoran telinga juga menyakitkan, karena melibatkan jarum suntik. Karena itulah, Andrés Herane-Vives dan rekan-rekannya mengembangkan swab yang, jika digunakan, tidak akan lebih membuat stres.

Di jurnal Heliyon, Andrés Herane-Vives menyatakan, “Setelah studi percontohan yang berhasil ini, jika perangkat kami dapat diteliti lebih lanjut dalam uji coba yang lebih besar, kami berharap dapat mengubah diagnosis dan perawatan bagi jutaan orang dengan depresi atau kondisi terkait kortisol, seperti penyakit Addison dan sindrom Cushing, dan kemungkinan banyak kondisi lainnya.” 

Ke depan, mereka berharap kotoran telinga juga bisa digunakan untuk memantau hormon lain. Selain itu, para peneliti juga akan menindaklanjuti penelitian mereka pada orang-orang Asia, yang sebelumnya tidak disertakan dalam studi ini, karena sebagian mereka menghasilkan kotoran telinga yang kering, bukan kotoran telinga yang basah dan berlilin.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Tubuh Manusia 5200425005754759565

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item