Mengapa Menabrak Kucing di Jalan Bisa Bikin Sial?

Mengapa Menabrak Kucing di Jalan Bisa Bikin Sial?
Ilustrasi/grid.id
Ada sebagian orang percaya mitos, bahwa menabrak kucing di jalan raya bisa mengundang sial. Karenanya, ketika seseorang tak sengaja menabrak kucing, dia akan menanganinya dengan baik. Jika si kucing terluka, dia akan membawa ke dokter hewan. Jika si kucing ternyata mati, dia akan menguburkan secara layak. Karena, jika tidak, dia khawatir akan kena sial.

Benarkah begitu? Entahlah, namanya juga mitos. Karenanya, jauh lebih logis jika kita menanyakan bagaimana asal usul mitos itu, hingga dipercaya banyak orang sampai sekarang.

Sejak ribuan tahun lalu, bahkan sebelum Masehi, kucing telah memiliki posisi istimewa dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebagai hewan peliharaan, kucing bahkan pernah dianggap sebagai jelmaan dewa, atau titisan penyihir.

Orang Mesir, di zaman kuno, telah memelihara kucing sejak 4000 Sebelum Masehi. Di masa itu, kucing dipelihara untuk menjaga bahan pangan dari jarahan tikus. Tidak hanya dianggap sebagai hewan peliharaan, orang-orang Mesir Kuno juga menganggap kucing sebagai jelmaan Dewi Bastet. Karenanya, selain dipelihara, kucing juga sangat dijaga, bahkan diperlakukan seperti manusia.

Di Mesir kala itu, orang yang membunuh kucing akan dibunuh. Sementara kucing yang mati akan dikubur selayaknya manusia, dengan penghormatan. 

Bisa jadi, tradisi dari Mesir Kuno itulah yang lalu terbawa sampai sekarang, hingga sebagian orang masih percaya “kesaktian” kucing, dan berhati-hati memperlakukannya, khususnya saat tak sengaja menabrak kucing di jalan.

Selain di Mesir, kucing juga pernah menempati posisi istimewa di Eropa Abad Pertengahan, namun kali ini sebagai antagonis; kucing dianggap sebagai jelmaan penyihir. Karena keyakinan tersebut, masyarakat Eropa di masa itu memburu kucing di mana pun, dan membakarnya, atau melemparnya dari tempat tinggi.

Perburuan kucing di masa itu memang sukses, banyak kucing yang mati mengenaskan, dan Eropa nyaris bersih dari kucing. Tapi hal tak terduga lalu muncul, yaitu merajalelanya tikus. 

Setelah kucing lenyap, tikus berkembang biak sangat pesat, karena tidak ada lagi predator yang memangsa mereka. Belakangan, tikus-tikus itu menyebarkan wabah pes yang membunuh jutaan orang di Eropa. Kita mengenalnya sebagai Black Death.

Black Death memunculkan semacam keyakinan pada sebagian orang bahwa wabah itu datang sebagai pembalasan terhadap orang-orang Eropa yang telah memburu dan membunuh kucing. Itu adalah pembalasan atas dosa, pikir mereka. Dan, bisa jadi, keyakinan itu pula yang terus berlangsung sampai sekarang, hingga banyak orang khawatir jika tanpa sengaja menabrak kucing di jalan.

Selain kisah di Mesir dan Eropa, kucing juga dipercaya memiliki posisi istimewa dalam agama Islam. Bahkan dikabarkan, Nabi Muhammad SAW menyayangi kucing. Beberapa hadis juga melarang umat Islam menyakiti kucing. 

Abu Hurairah, salah satu tokoh muslim terkenal, dijuluki “Bapak Para Kucing”, karena kedekatannya dengan banyak kucing. Karena hal itu, banyak orang, khususnya muslim, yang lalu memperlakukan kucing secara hati-hati, bahkan memeliharanya di rumah.

Karenanya, bisa jadi, “privilese” dalam bentuk posisi istimewa yang dimiliki kucing itu pula yang menjadikan banyak orang khawatir saat tanpa sengaja menabrak mereka di jalan, dan memperlakukannya secara hati-hati.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Mitologi 2413526784254671621

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item