Mengapa Banyak Orang Genius Mengalami Gangguan Jiwa?

Ilustrasi/mobgenic.com
Ada ungkapan terkenal, “Good artists are sad, great artists are depressed.” Ungkapan itu mungkin berangkat dari kenyataan adanya orang-orang yang dianggap genius atau hebat di bidangnya, tapi mengalami gangguan kejiwaan.

Di bidang seni, kita mengenal Vincent van Gogh, pelukis terkenal yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Di bidang sastra, kita mengenal Ernest Hemingway, yang sama-sama mengakhiri hidupnya secara tragis. Di bidang musik, kita mengenal Kurt Cobain, yang kisahnya sama. Di bidang sains, kita mengenal John Nash yang mengidap skizofrenia, atau Charles Darwin yang menderita gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

Contoh-contoh itu hanya sedikit dari banyak orang-orang lain yang dianggap genius dan berpengaruh di bidangnya, namun menjalani kehidupan “tragis” akibat masalah kejiwaan yang diidapnya. Jadi, apakah semakin genius seseorang memang akan semakin rentan mengalami gangguan jiwa?

Sebuah penelitian dalam British Journal of Psychiatry seperti mengonfirmasi hal itu. Dalam penelitian, terungkap bahwa bahwa anak-anak dengan prestasi akademis yang gemilang di sekolah ternyata empat kali lebih rentan mengalami gangguan bipolar, daripada anak-anak lain yang prestasinya biasa-biasa saja.

Penelitian lain, yang diterbitkan dalam The American Journal of Psychiatry, juga menyatakan hal serupa. Bahwa semakin tinggi IQ seseorang, lebih rentan pula mengalami gangguan bipolar. Karena itu, orang-orang yang memiliki kemampuan otak di atas rata-rata memang erat terkait dengan gangguan jiwa tertentu.

Kalau memang seperti itu, lalu apa sebenarnya hubungan antara kecerdasan dengan gangguan jiwa? Sayangnya, para peneliti belum memahami sepenuhnya bagaimana orang dengan tingkat kecerdasan mengagumkan bisa jadi lebih rentan mengidap gangguan jiwa.

Meski begitu, sebuah penelitian oleh para ahli di Kanada dan Amerika Serikat bisa menjadi batu loncatan untuk memahami hubungan dua hal itu. Dalam penelitian yang dimuat di jurnal Neuron, peneliti menemukan ada kandungan protein khusus dalam otak orang-orang genius, yang juga terdapat pada otak pasien gangguan jiwa, terutama skizofrenia dan gangguan bipolar. Protein itu disinyalir jadi benang merah antara kecerdasan dan beberapa jenis gangguan jiwa.  

Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk membuktikan sejauh mana peran protein khusus tersebut dalam fungsi otak manusia.

Nicholas Pediaditakis, dokter spesialis kejiwaan dari AS, punya teori yang menarik. Jika diamati, menurutnya, orang-orang genius yang juga mengidap gangguan jiwa biasanya punya satu ciri sifat yang sama. Mereka cenderung canggung dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Ini mungkin saja diakibatkan oleh gangguan kejiwaan yang diidapnya.

Secara alami, manusia adalah makhluk sosial yang menjalani hidup dengan berdampingan dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Karenanya ada banyak bagian otak manusia yang bertugas untuk menjalankan fungsi sosial tersebut. 

Jika bagian-bagian otak yang mengatur fungsi sosial tidak bekerja terlalu keras, otak jadi punya sisa energi atau ruang yang bisa dialihkan fungsinya. Karena itu, pada orang-orang genius dan kreatif, fungsi otak mereka untuk berpikir, berkonsentrasi, dan memecahkan masalah, pun jadi lebih leluasa dan maksimal. Karena itulah mereka jadi lebih mampu memikirkan ide-ide brilian, dan mewujudkannya dengan baik. Misalnya dalam bentuk karya seni dan sastra, pemikiran politik, atau penemuan sains dan teknologi mutakhir.

Itu teori dr. Nicholas Pediaditakis, dan dia mengakui bahwa teori itu masih harus diuji lebih jauh lagi sebelum menjadi bukti yang sah. Lebih dari itu, ada banyak faktor—di luar kegeniusan—yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa. Bisa karena gen yang diturunkan orang tua, gangguan atau cedera pada otak, pernah mengalami kejadian traumatis, dan lainnya.

Karena itu pula, belum bisa disimpulkan bahwa kecerdasan pasti akan membuat pemiliknya akan jadi gila atau mengalami gangguan jiwa. Keduanya mungkin memang saling berkaitan, tapi sejauh ini para ahli masih perlu mempelajarinya lebih lanjut.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Studi 5994949285339996494

Posting Komentar

  1. salah satu mantan pacar dari temanku, dia (cewek) cerdas, tapi mengidap bipolar

    bahkan bapaknya cewek tsb, menghubungi temanku untuk anaknya dinikahi, tapi temanku udah terlanjur takut duluan

    sepertinya (tentu saja tidak akademis/ilmiah) orang yang cerdas cenderung mengalami gangguan jiwa adalah karena punya ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap sesuatu

    ketika ekspektasi tsb tidak sesuai realitas, jadinya ya begitu... sulit menerima, dan kebawa terus sampe bikin gangguan jiwa

    teman ngaji adekku juga ada yang gila, gara2 nilai kuliah S2-nya sempat anjlok. kasihan sih lihatnya.

    mungkin aku bukan termasuk orang yang cerdas (meski beberapa orang melihatku "cerdas"), apalagi genius, karena aku selalu menabrakkan realitas terhadap ekspektasi2 yang kadang lewat di otakku :D

    ya supaya ga kecewa aja, trus jadi gila

    cukup sekian uneg2ku hehe

    BalasHapus

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item