Mengapa Orang Zaman Kuno Suka Menulis Miring dan Bersambung?

Ilustrasi/hipwee.com
Pernah melihat surat yang ditulis orang zaman kuno? Rata-rata tulisannya berbentuk miring, dan huruf-hurufnya saling bersambung. Bentuk tulisan semacam itu bisa dibilang khas, dan kita pun membangun persepsi kalau tulisan semacam itu—miring dan bersambung—adalah model tulisan orang kuno.

Pertanyaannya, kenapa orang-orang zaman kuno suka menulis secara miring dan bersambung?

Jawabannya terkait dengan alat tulis yang mereka gunakan. Di zaman kuno, orang menulis menggunakan pena dari bulu, disebut quill. Waktu itu belum ada pensil atau pena modern seperti yang kita kenal. Jadi mereka memanfaatkan bulu ayam atau semacamnya, dan memotong ujung bulu untuk digunakan sebagai alat tulis. Cara penggunaannya dengan mencelupkan bulu ke dalam tinta.

Quill atau pena dari bulu sebenarnya bukan alat tulis ideal, karena ujungnya rapuh, dan mudah rusak. Tapi mereka belum menemukan pilihan lain. Selain itu, tinta yang mereka gunakan dengan cara mencelupkan quill juga tidak bisa banyak, hanya cukup untuk menulis beberapa kata.

Jadi, dengan menulis secara bersambung, orang zaman kuno tidak perlu sering mengangkat pena dari kertas, sehingga pena yang mereka gunakan lebih awet. Selain itu, dengan menulis secara miring, hasil tulisan mereka lebih rapi, karena tinta akan mengalir lebih pelan—dibanding jika mereka menulis dengan pena tegak—sehingga hasil tulisan lebih bersih, dan tidak ada tinta yang belepotan mengotori kertas.

Belakangan, ketika pena modern ditemukan (biasa kita sebut pulpen atau bolpen), urusan menulis jadi jauh lebih mudah, dan kita pun leluasa menulis dengan cara miring atau tegak, bersambung atau terpisah.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 3288183897693709637

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item