Bagaimana Asal Usul Reformasi Agama yang Dimulai Martin Luther?

Ilustrasi/tribunnews.com
Reformasi Agama yang dimulai oleh Martin Luther pada abad ke-16 adalah salah satu peristiwa paling bersejarah dalam sejarah gereja dan dunia Barat. Reformasi ini mengubah wajah Kekristenan, memicu perpecahan gereja, dan membuka jalan bagi perkembangan agama dan sosial yang beragam. 

Martin Luther lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Sachsen, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci. Dia dibesarkan dalam keluarga yang religius dan, pada awalnya, bercita-cita menjadi seorang pengacara. 

Namun, pada tahun 1505, ketika dalam perjalanan pulang ke universitas, dia hampir terbunuh dalam badai petir. Ini adalah pengalaman yang mengubah hidupnya, dan mendorongnya untuk menjalani kehidupan religius.

Luther memasuki biara dan menjadi seorang frater di Biara St. Augustine di Erfurt. Selama masa ini, dia mempelajari Alkitab dan filsafat, dan pada tahun 1507 diangkat menjadi profesor di Universitas Wittenberg. Luther terus mengejar studi teologisnya, dan, pada tahun 1517, peristiwa yang akan mengubah sejarah terjadi.

95 Tesis

Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther menempelkan "95 Tesis" pada pintu gereja Kastil Wittenberg sebagai bentuk protes terhadap praktik penjualan indulgensi oleh Gereja Katolik Roma. Indulgensi adalah praktik dimana orang dapat membayar uang untuk menghapus dosa mereka atau dosa orang yang telah meninggal dan memungkinkan mereka masuk surga. Luther merasa ini bertentangan dengan ajaran Alkitab dan merupakan eksploitasi orang miskin.

Tesis Luther mengecam penjualan indulgensi, dan mempertanyakan otoritas Paus dalam masalah ini. Tesis ini, yang awalnya ditulis dalam bahasa Latin, dengan cepat diterjemahkan dan disebarluaskan melalui mesin cetak yang baru ditemukan, menciptakan perdebatan yang hebat.

Perpecahan dan Reformasi

Pada tahun 1519, Luther diundang untuk berbicara di Diet Worms, sebuah sidang besar yang dihadiri oleh para pemimpin gereja dan otoritas kekaisaran. Luther menolak untuk menarik kembali pandangannya, dan dia dinyatakan sebagai lutheran (pengikut Luther) dan dianggap sebagai penentang Gereja Katolik Roma.

Reformasi Martin Luther terus berkembang. Dia menafsirkan kembali doktrin-doktrin Kristen utama, menekankan ajaran sola fide (imankan saja), sola scriptura (Alkitab saja), dan sola gratia (anugerah saja). Dia juga menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman, sehingga memungkinkan akses yang lebih besar kepada orang awam dan memperkuat bahasa Jerman sebagai bahasa sastra.

Perkembangan Gerakan Reformasi

Reformasi Luther mempengaruhi banyak orang di seluruh Eropa. Gerakan ini menghasilkan tokoh-tokoh seperti John Calvin di Swiss dan Huldrych Zwingli di Zurich, yang menyebarkan ide-ide reformasi ke seluruh benua. Muncul berbagai denominasi Protestan, seperti Lutheranisme, Kalvinisme, Anglikanisme, dan lain-lain.

Perpecahan antara gereja Katolik dan gereja-gereja Protestan memuncak dengan Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648), yang merenggut nyawa jutaan orang. Reformasi agama juga mempengaruhi perkembangan sosial, politik, dan budaya di Eropa, dan membuka jalan bagi munculnya sistem pemerintahan yang lebih pluralistik dan pemikiran yang lebih bebas.

Dampak jangka panjang

Reformasi Agama Martin Luther membentuk dasar dunia modern. Gerakan ini memberi penekanan pada kebebasan individu, pemikiran kritis, dan hak atas keyakinan agama yang berbeda. Dampaknya juga dapat dilihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan toleransi agama.

Dengan demikian, Reformasi Agama yang dimulai oleh Martin Luther adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Kristen dan dunia Barat. Karena mengubah cara orang memahami dan mempraktikkan agama, juga membentuk perkembangan sosial, politik, dan budaya selama berabad-abad berikutnya.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sejarah 6113342103827064106

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item