Mengapa Dokter Wabah di Eropa Memakai Kostum Paruh Burung?

Mengapa Dokter Wabah di Eropa Memakai Kostum Paruh Burung? Belajar Sampai Mati, belajarsampaimati.com, hoeda manis
Ilustrasi/history.com
Umat manusia telah menghadapi banyak wabah; sebagian bisa diatasi dengan baik, sebagian lain sangat mematikan. Di masa lalu maupun sekarang, wabah penyakit selalu menakutkan, karena ia menyerang kehidupan manusia. Seperti wabah Covid-19 yang kita alami sekarang. Bedanya, ilmu kedokteran di zaman sekarang telah lebih maju dibandingkan zaman dulu.

Di zaman dulu, ketika wabah penyakit muncul, ilmu kedokteran masih terbelakang. Karenanya, ketika wabah menyerang, para dokter belum bisa memastikan dari mana wabah penyakit itu muncul. Akibatnya, mereka menghadapi wabah hanya berdasar naluri atau insting.

Kenyataan itu pula yang terjadi ketika wabah penyakit menyerang Eropa di zaman pertengahan. Yang paling terkenal tentu Black Death atau Wabah Hitam, yang memusnahkan lebih dari separo populasi Eropa. Tapi Black Death hanya satu di antara wabah lain yang juga pernah menyerang Eropa di masa lalu.

Sebagaimana masa sekarang, di masa lalu para dokter juga telah mengenal kostum APD (alat pelindung diri). Bedanya, di masa lalu, kostum APD para dokter wabah di Eropa berupa jubah panjang, sarung tangan, sepatu bot, dan kepala tertutup topeng berbentuk paruh burung. Hal terakhir itu sangat menarik, karena sangat ikonik, dan disebut Plague Doctor.

Mengapa para dokter wabah di Eropa zaman kuno mengenakan APD semacam itu?

Para dokter mengenakan kostum Plague Doctor, dengan tubuh tertutup rapat, karena didasari keyakinan bahwa wabah menyebar melalui udara. Ini serupa dengan dokter pada masa sekarang yang mengenakan APD lengkap, untuk menghindari kemungkinan tertular virus. Bedanya, dokter di masa lalu belum bisa menentukan dari mana wabah muncul. Karenanya, mereka hanya berusaha menutup tubuh rapat-rapat, agar terhindar dari penularan.

Lalu kenapa kepala mereka tertutup topeng berbentuk paruh burung? Jawabannya mungkin sederhana, yaitu untuk mengatasi bau busuk yang menyebar dari mayat-mayat korban wabah.

Ketika wabah menyerang, dan korban berjatuhan, mayat-mayat bergelimpangan di hampir semua tempat. Mayat-mayat itu menguarkan bau busuk yang menyengat hidung siapa pun, termasuk para dokter yang berusaha membantu para korban serta mengidentifikasi orang-orang yang sudah mati.

Untuk mengatasi bau busuk yang menyerang penciuman, mereka mengenakan topeng berbentuk paruh burung, dengan bagian depan (paruh) yang memanjang, sekitar 15 centimeter. Bagian yang memanjang ke depan itu difungsikan untuk meletakkan wewangian, untuk mengatasi bau busuk kematian.

Di bagian paruh burung pada topeng yang mereka kenakan, para dokter menaruh tanaman herbal dan bunga, seperti daun mint, mawar, dan anyelir. Tanaman itu kadang dibakar terlebih dulu, hingga mengeluarkan asap, dan bau wanginya lebih menyebar. Selain itu, para dokter juga meletakkan ambergris, zat mirip lilin yang memiliki wangi alami. (Ambergris dipercaya sebagai muntahan paus sperma, dan saat ini kerap digunakan dalam pembuatan minyak wangi).

Selain mengenakan kostum paruh burung, para dokter wabah di Eropa zaman kuno biasanya juga membawa tongkat panjang. Tongkat itu berfungsi untuk memeriksa pasien tanpa harus menyentuh langsung, untuk menghindari penularan.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sejarah 9190972639672162295

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item