Mengapa Kita Berbunga-bunga Saat Jatuh Cinta?

Ilustrasi/suara.com
Ketika jatuh cinta, hati kita berbunga-bunga. Apalagi saat akhirnya bisa menjalin hubungan dengan orang yang membuat jatuh cinta. Sepertinya tidak ada yang lebih membahagiakan dibanding itu. 

Bagaimana itu bisa terjadi? Jawabannya adalah phenylethylamine.

Phenylethylamine, biasa disingkat PEA, adalah zat kimia yang muncul di tubuh kita saat jatuh cinta, dan selama beberapa bulan awal menjalin hubungan (misal pacaran). PEA itulah yang membuat kita berbunga-bunga, dan senang berdekatan terus dengan pasangan. PEA memicu dilepaskannya hormon perasaan bahagia (disebut dopamin) dan menstimulasi pusat kenikmatan di otak.

Sayangnya, PEA tidak abadi, karena ia hanya muncul di awal jatuh cinta dan di bulan-bulan awal menjalin hubungan. Karenanya, seiring waktu, hubungan yang tadinya sangat mesra bisa mulai berubah—tensi kemesraannya mulai berkurang. Jika sebelumnya selalu senang berdekatan, kini mulai timbul rasa bosan. Jika semula sayang-sayangan, kini mulai muncul pertengkaran.

Seiring waktu menjalin hubungan, semakin berkurang kadar PEA di tubuh kita, dan itu menyebabkan hubungan tidak “seberbunga-bunga” sebelumnya. Bahkan, dalam kadar tertentu, hubungan itu bisa hambar, ketika PEA telah benar-benar hilang. Cinta yang berubah jadi kebosanan atau bahkan perasaan tertekan adalah contoh dari kasus ini.

Bisakah PEA “diproduksi” secara sengaja, agar kita bisa terus berbunga-bunga dengan pasangan? Sebagian kalangan percaya bahwa cokelat mengandung zat serupa PEA, meski juga muncul keraguan apakah zat itu tetap aktif saat dimakan.

Cara lain agar tubuh selalu memproduksi PEA—hingga selalu berbunga-bunga seperti awal jatuh cinta—adalah jatuh cinta tanpa henti, pada orang yang sama. Sepertinya ini lebih membutuhkan trik dan kebijaksanaan individu, daripada sekadar terus menerus bertemu.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sains 7022559254094251074

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item