Mengapa Orang Suka Menonton Kecelakaan di Jalan?

Mengapa Orang Suka Menonton Kecelakaan di Jalan?
Ilustrasi/mobilmo.com
Kita sedang berkendara di jalan, ketika mendapati kerumunan di depan, agak dekat ke trotoar. Menyaksikan orang-orang berkerumun, kita pun menghentikan kendaraan, turun, lalu mendekati kerumunan dengan penasaran, ingin tahu apa yang sedang mereka lihat. Seiring dengan itu, para pengendara lain ikut berhenti dan bergabung dengan kerumunan.

Ketika mendekati kerumunan, kita kemudian tahu mereka sedang mengerumuni korban kecelakaan. Seseorang terbaring di trotoar, terluka, dan tampak jelas butuh pertolongan. Tapi tidak ada orang yang menolong. Semua orang, termasuk kita yang ikut berkerumun di sana, hanya menonton, dan tidak melakukan apa-apa, selain hanya menonton.

Pernah mengalami hal semacam itu? Atau pernah menyaksikannya? Kenapa kita tidak menganggapnya aneh?

Kecelakaan di jalan bisa terjadi kapan saja. Dan ketika kecelakaan terjadi, hampir bisa dipastikan akan ada banyak orang yang berkerumun, dan menonton—sebatas menonton. Sepertinya, kita punya semacam kecenderungan terkait hal ini, yaitu suka menonton orang kecelakaan di jalan. Mengapa ini bisa terjadi?

Dalam psikologi, fenomena kesukaan banyak orang menonton korban kecelakaan disebut bystander effect. Ini adalah kondisi ketika seseorang membutuhkan pertolongan, tapi orang-orang di sekitarnya tidak ada yang membantu. Hal itu disebabkan orang-orang tersebut beranggapan akan ada orang lain yang akan menolong korban.

Yang jadi masalah dalam bystander effect, semua orang memikirkan hal yang sama. Si A berpikir bahwa Si B akan menolong korban, sementara Si B berpikir Si C yang akan menolong, dan Si C berpikir Si D pasti akan memberikan pertolongan, dan begitu seterusnya. Akibatnya, sampai lama, tidak ada orang yang menolong korban sama sekali. 

Kenyataan itulah yang terjadi pada orang-orang yang berkerumun menonton korban kecelakaan, hingga disebut “bystander”, karena mereka hanya menonton korban yang meminta tolong, sambil berharap orang lain yang akan membantu.

Mengapa bystander effect bisa terjadi? 

Istilah bystander effect dicetuskan oleh psikolog Bibb Latane dan John Darley, dan menurut mereka ada dua alasan yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Yang pertama adalah difusi tanggung jawab, dan yang kedua adalah terlalu melihat situasi.

Yang dimaksud difusi tanggung jawab dalam konteks bystander effect adalah kondisi ketika orang tidak merasa harus menolong dan bertanggung jawab terhadap keadaan korban, karena ada banyak orang di sekitarnya. Mereka merasa bahwa membantu orang lain di ruang publik adalah tanggung jawab bersama, sehingga harus ada yang memulai agar korban dapat tertolong.

Semakin banyak orang di ruang publik, keinginan mereka untuk menolong akan semakin sedikit. Hal ini karena orang-orang tersebut merasa tidak bertanggung jawab atas individu yang butuh pertolongan. 

Solusi untuk mengatasi kondisi semacam ini adalah inisiatif—seseorang harus menjadi pertama yang melakukannya. Ketika orang-orang berkerumun menonton korban kecelakaan, seseorang harus berinisiatif menolongnya, dan orang-orang lain akan ikut tergerak untuk menolong.

Selain difusi tanggung jawab, hal kedua yang menyebabkan bystander effect adalah terlalu melihat situasi. Bagaimana pun, kebanyakan orang sadar bahwa menolong korban kecelakaan membutuhkan cara dan langkah-langkah tertentu yang benar, serta diterima secara sosial. Melihat korban kecelakaan yang terluka parah, misalnya, bisa membuat orang ngeri menolongnya, karena khawatir jika malah berdampak buruk. 

Dalam hal ini, solusinya lagi-lagi inisiatif. Jika kebetulan kita ikut berkerumun di sana, dan tahu cara menolong yang benar, kita bisa mulai mendekati korban kecelakaan, dan menolongnya. Seiring dengan itu, kita memberikan instruksi ke orang-orang lain untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk menolong korban. Orang-orang butuh diyakinkan mengenai apa yang harus mereka lakukan, agar mereka bersedia melakukan.

Yang unik dari bystander effect, khususnya dalam konteks menolong korban kecelakaan, banyak orang berpikir bahwa jika yang menolong hanya sedikit, mereka tidak perlu ikut menolong, karena merasa sudah selesai. Sebaliknya, jika banyak orang yang menolong, mereka justru akan lebih tergerak untuk ikut menolong.

Jika kita kebetulan mengalami bystander effect saat menemukan korban kecelakaan di jalan, hal baik yang perlu diingat adalah inisiatif. Lakukan yang perlu dilakukan, untuk menolong korban kecelakaan. Begitu kita berinisiatif, orang-orang lain akan ikut tergerak. Jika kita memang tidak tahu bagaimana menolongnya, hubungi ambulans atau pihak lain yang berkompeten. 

Bagaimana jika, dalam kasus ini, kita menempati posisi sebagai korban kecelakaan? Kita tergeletak di trotoar, terluka, tak bisa melakukan yang harus dilakukan, sementara orang-orang hanya menonton?

Jika kita kebetulan menempati posisi seperti itu, salah satu hal penting yang perlu dilakukan adalah meminta tolong pada seseorang di sana, dan lakukan kontak mata (eye contact) dengannya, agar orang yang dimintai tolong merasa segan dan sulit menolak.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sains 44805005185765389

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item